CERPEN BARU! xD
Gue bikin cerpen nih, hasil 'kelewatan' gue waktu pelajaran Organik dan Matematika. hehe. karena biasanya gue pelajaran Organik sering ketiduran makanya mendingan gue bikin cerpen kan dari pada gue tidur? -_-
Ini foto-foto bukti kekerasan gue terhadap penyelewengan di dalam kelas.
Ya sudah lah tidak perlu berbasa-basi, silahkan baca cerpen nya!
Miscommunication
Rana Auliani
“Ih, jalannya jangan cepat-cepat dong!” Melly menginjak-injak lantai dengan kesal sambil menekuk wajahnya. Apri yang tadinya lagi berjalan (cepat), langsung memberhentikan langkahnya.
Apri berbalik lalu melipat kedua tangannya. “Terus, gue harus
jalan selambat apa, Ms. Melly?” tanya nya dengan tatapan nyeleneh.
Melly langsung memonyongkan mulutnya. “Ya.. Pokoknya jangan
cepat-cepat!” jawab Melly kesal.
Apri hanya mengangkat kedua bahunya lalu berjalan kembali meskipun
tidak secepat sebelumnya. Melly terus mengumpat dalam hati. Gile, dikutuk apa
gue, sampai punya pacar sebegini jahatnya? Tanya Melly dalam hati. Padahal gue
udah berusaha romantis, eh malah dikira sakit. Dia kan dulu nembak gue romantis
banget kayak Brad Pitt deh pesonanya! Aduh, tapi giliran udah diterima malah
begini!
“Lo mau makan apa?” tanya Apri. Melly langsung sok mikir. Makan
apa ya?
“Hem.. Makan di tempat yang murah aja deh. Menurut lo gimana,
Pri?” tanya Melly balik. Apri langsung berpikir lalu tersenyum.
“Gue tau ke mana! Ke.... Pos Satpam sekolah kita aja! Pak Asep
baik kok! Sering ngasih gue ceker ayam! Gimana?” tanya Apri semangat. Melly
kelihatan ogah banget dengan ide nya Apri.
“Ih! Masa mau makan di situ sih? Mendingan gue makan sama kucing
gue!” seru Melly. Mata Apri menyipit.
“Ya udah, sana!” seru Apri kemudian berjalan menjauhi Melly. Hah?
Udah berapa kali dia kayak gitu sama gue? Apa jangan- jangan.. Dia udah mulai
nyeleweng? Karena Melly udah mulai merasa ‘nyesek’, dia bergegas berlari ke
depan, pagar sekolah. Pos satpam yang sering jaga di sana, Pak Asep kebingungan
melihat Melly yang sibuk menyeka air matanya.
“Lho? Neng? Belom pulang?” tanya Pak Asep. Melly menoleh ke Pak
Asep.
“Ngapain, neng? Kok bengong aja?” tanya nya lagi.
Melly mencoba tersenyum tapi terlihat di wajahnya, ia mempunyai
ide aneh. “ Nggak ngapa-ngapain kok, Pak. Cuma pengen buang ingus aja. Srutt!”
Melly spontan membuang ingus dan kabur ke luar sekolah.
“Astagfirullah.. Neng, neng. Jorok amat sih, bikin pemandangan
depan pos saya rusak aja...”
***
Melly menggenggam HP nya sambil memasang muka lecek. Dia sedang
menelepon sahabat yang katanya sahabat karib, bukan teman karib lagi.
“Lagian lo nya juga sih, kebanyakan nuntut!” seru Fida, lawan
telepon Melly di seberang. Melly berpura-pura terisak-isak.
“Lo gimana sih! Bukannya dukung gue, malah dukung Apri! Kan gue
nggak ada barengannya nih..” balas Melly.
“Ya.. Emang lo nya yang salah. Dikit-dikit ngambek, terus kalian
berdua sering salah paham. Sama aja kayak kambing pacaran sama jerapah
tau nggak! Sama-sama makan daun tapi berbeda. Lo berdua itu kayak gitu!” omel
Fida panjang lebar.
“Fida. Jangan kebanyakan ngomel. Bantuin gue dong. Gue jadi nggak
percaya sama dia nih...” kata Melly cemas. Fida terdengar sedang berpikir.
“Oke, gini aja...”
***
Apri yang sedang asyik memakan mie ayam di kantin, dikagetkan oleh
Melly. “Apriii!!!” panggil Melly.
Apri spontan menyemburkan makanannya yang tadi ia kunyah. Melly
sudah duduk di depannya sambil tersenyum manis. Apri yang tersedak langsung
minum es teh di depannya.
“Ngapain lo kagetin gue? Udah sampai suapan terakhir juga!” seru
Apri marah-marah ke Melly. Melly hanya senyum-senyum. Apri jadi bingung.
“Ngapain lo senyum-senyum?” tanya Apri aneh. Melly langsung
membetulkan posisi duduknya.
“Emm... Gue cuma mau ngomong sebentar sama lo, nanti habis pulang
sekolah. Gimana?” usul Melly. Apri memasang muka bete nya.
“Nggak.” jawab Apri cepat lalu mengambil es teh nya di samping
mangkuk mie ayamnya. Melly jadi ikutan bete.
“Ya udah deh. Terserah.” Kata Melly lalu beranjak meninggalkan
Apri. Melly berjalan kesal ke arah kelasnya. Anjir kali. Ini cowok
tambah-super-ngeselin aja! Emang sih, mungkin permintaan gue terlalu nuntut dia
habisnya dia ada jadwal futsal hari ini. Tetep kan dia lebih milih bola dari
pada gue!? Mission
absolutely failed.
***
Esoknya, Melly berjalan riang ke arah kelas Apri yang letaknya di
dekat lapangan. Dia berjalan ke sana sambil membawa tas kecil berisi sekotak
nasi bekal yang ‘rencana’ nya mau dikasih buat Apri dan diakui sebagai hasil
masakannya. Padahal sih, itu Bi Imah, pembantu Melly yang masak.
Di dekat kelas Apri, langsung terlihat banyak anak cowok yang main
basket di lapangan. Cowok-cowok kece itu merupakan gabungan dari semua kelas
meskipun enggak semuanya anak angkatan Melly. Sorot mata yang dikenal Melly
berada di tengah lapangan dan sedang men-dribble bola.
Aduh, Apri ganteng banget sih! Enggak sia-sia emang, gue jadi pacarnya! Jerit
Melly dalam hati.
“Apri!” panggil Melly dari pinggir lapangan. Tapi sayang seribu
sayang, Apri ogah banget memalingkan fokusnya dari bola. Ya pasti lah, dia
lagi dribble bola.
Melly yang kesal telah diacuhkan, mencoba memanggil Apri kembali.
Ya, iseng-iseng berhadiah gitu, siapa tau dia nengok.
“Apri!” seru Melly lagi saat Apri siap-siap ingin menerima operan
bola dari temannya. Apri yang kaget dipanggil, langsung mencari suara Melly
itu. Tiba-tiba bola jingga kecoklatan itu langsung menubruk kepala Apri.
Semua kaget termasuk Melly. Apri yang terjatuh, langsung mencoba bangkit lagi.
“Sorry, bray. Gue ngoper nya kelewatan!” seru pelaku pembuat memar
kepala Apri itu.
“Hahaha, iya-iya. Tadi gue juga sempet bengong kan,” jawab Apri.
Melly yang khawatir langsung duduk di samping Apri.
“Apri! Lo nggak apa-apa, kan? Lo nggak sesak nafas, kan? Kepala lo
baik-baik aja, kan? Lo nggak kena amnesia, kan?” tanya Melly khawatir. Apri
yang masih memegang kepalanya langsung menatap Melly datar.
“Pertanyaan lo kayak gue udah mau dipanggil Yang Maha Kuasa tau
nggak?! Enggak! Gue nggak baik-baik aja!” jawab Apri ketus. Melly langsung tersenyum
kecut.
“Udeh, lo nggak usah main dulu. Lagian muka lo babak belur gitu
kayak habis tawuran,” komentar teman Apri. Apri hanya mengiyakan dengan sedikit
kesal. Melly langsung tersenyum senang. Ketika teman-teman Apri sudah mulai
bermain lagi, Melly langsung mengeluarkan kotak bekal dari tas kecil yang
tadi ia bawa.
“Hem, bagus kan. Sekarang kita bisa berduaan. Hihi..” kata Melly
sambil tersenyum senang. Apri hanya berdehem mendengar perkataan Melly.
“Nih, gue bawain bekal. Kan lo sering nggak makan di sekolah tapi
lo sering main basket kalau istirahat. Gue kan nggak tega lihatnya,” kata Melly
sambil tersenyum manis dan membuka kotak bekalnya.
“Itu pembantu lo yang masak?” tanya Apri datar sambil menunjuk
nasi uduk + ayam goreng + sambal terasi + lalapan dan plus-plus lainnya
seperti 7 macam kembang yang dijadikan hiasan bekalnya.
“Enggak lah! Ini gue dong yang masak! Gue bangun pagi buat bikin
beginian termasuk mencari bunga buat hiasannya!” kata Melly mengelak.
“Lo pake bunga-bunga segala? Lo kira gue kambing makannya bunga?”
tanya Apri datar.
“Yee.. Ini namanya tanda rasa sayang. Gimana sih! Lo enggak ada
romantis-romantisnya!” seru Melly kesal. Apri hanya memutar bola matanya sambil
menghembuskan nafasnya.
“Nih, makan. Aaaa...” kata Melly sambil membawa sendok berisi ayam
goreng dan nasi uduk nya ke arah mulut Apri. Apri langsung mengambil sendok
itu.
“Gue bisa makan sendiri,” Apri hanya menyuapkan nasi itu ke
mulutnya. Melly langsung bete. Tiba-tiba muka Apri terlihat datar sebentar,
lalu berpikir sambil menahan kunyahan makanannya.
“Kenapa, Pri?” tanya Melly bingung. Oh iya, ada satu fakta lagi.
Apri nggak suka dipanggil pakai kata ‘sayang’, ‘yang’, apalagi ‘beb’. Katanya
dia anti dipanggil begitu soalnya geli aja. Begitu kata Apri. Terus Apri
mengancam Melly kalau sampai dipanggil kayak begitu lagi, tidak segan-segan
Apri mencari kecoa terus dimasukkan ke dalam tas nya Melly.
“Oh. Gue tau. Ini Bi Imah yang masak,” komentar Apri lalu
melanjutkan kunyahannya lagi. Melly langsung memasang muka bete lagi dan
melihat-lihat ke arah lapangan. Tiba-tiba terlihat seorang cowok tinggi yang
sibuk men-dribble bola
basket. Widiiihh.. Keren banget itu orang! Kayaknya dia murid pindahan deh
soalnya gue enggak pernah lihat dia, pikir Melly.
Saat si cowok sudah mengoperkan bola ke temannya, dia menyeka
keringat di dahinya kemudian menoleh ke arah Melly. Ups! Mampus! Gimana nih gue
sekarang? Lagi cakep nggak ya? Ada coretan pulpen nggak ya di muka gue? Melly
terus bertanya pada diri sendiri sampai akhirnya Melly sadar kalau cowok itu
lagi tersenyum melihat Melly. Aduh, gue bisa salting nih! Seru Melly panik
dalam hati.
“Kenapa lo?” tanya Apri datar. Melly tersadar dari ‘kepanikan’
nya. Wah, nyaris aja gue nyeleweng! Gile aja kalau kejadian, sama aja gue
enggak konsisten dong?
“Enggak kenapa-napa. Hehe. Gimana? Enak kan bekal nya?” tanya
Melly mengalihkan topik pembicaraan.
“Hm.. Ya. Setidaknya gue enggak langsung sakit perut habis makan
makanan lo,” jawab Apri lalu meneguk air minum dari botol minum Melly.
“Oh, gitu. Palingan besok sakit perutnya, hehe. Kalau gitu, udah
ya...” kata Melly sambil beranjak meninggalkan Apri setelah membereskan bekal
makan nya.
***
“Eits, hati-hati loh! Muka lo itu enggak biasa, Mel! Bisa-bisa
cowok itu terpana sama lo!” seru Fida sambil berjalan di sebelah Melly. Mereka
berjalan ke luar pintu kelas bersama-sama karena saat ini sudah waktunya
istirahat siang.
“Ih, apa an sih? Kan gue mau konsisten sama Apri! Meskipun Apri
emang jahat banget tapi dia itu kan pacar gue!” elak Melly. Fida berdecak
heran.
“Ck ck ck.. Nih ya. Lo enggak bisa menganggap enteng masalah lo!
Kalau dugaan gue ternyata bener, gimana?” tanya Fida.
Melly langsung berpikir. Tapi enggak mungkin deh, cowok seganteng
cowok kemaren suka... eh maksudnya terpana sama gue! Meskipun Apri aja bisa gue
taklukkan sih.. tapi.. “Kayaknya nggak mungkin deh, Fid.” kataku lagi. Fida
hanya menghembuskan nafasnya.
Saat ini, mereka berdua sedang ada di depan kelas mereka. Melly
yang tadi salting ketemu ‘cowok tak dikenal’ tadi, langsung ngoceh panjang
lebar ke Fida. Fida yang mendengarkan curhat Fida hanya bisa berdecak
heran dan menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di
depan mereka, si cowok itu!
“Hai.” kata cowok itu ke Melly. Melly bingung, heran dengan
tingkah anak itu.
Cowok itu jadi salah tingkah kemudian tersenyum lalu mengulurkan
tangan kanannya. “Maaf, gue mungkin bikin lo bingung dengan kehadiran gue.
Kenalin, gue Dika,”
Melly berpikir sebentar. Melly tersenyum dan menjabat tangan Dika.
“Melly. Iya, gue emang bingung sama kehadiran lo di sini. Lo anak baru ya?”
Dika berpikir sebentar sambil tersenyum simpul. “Iya. Bisa dibilang
begitu. Gue baru masuk sekolah ini tadi pagi, hehe..” jawab Dika sambil tertawa
kecil. Melly hanya ikut tertawa. Fida bingung melihat keakraban Melly dengan
Dika.
***
Pulang sekolah, Melly pulang bareng Apri. Seperti biasa, mereka
berjalan tidak sebelahan tetapi jauh-jauhan. Apri juga memimpin jalan Melly di
depan. Melly hanya menekuk muka mengikuti langkah Apri yang cepat. Tiba-tiba
Melly dicegat Dika dari arah samping kanannya.
“Pulang sekolah, Kak?” tanya Dika. Yap, seperti yang bisa ditebak,
Dika itu adik kelas Melly, kelas X sedangkan Melly dan Apri duduk di kelas XI.
“Hem.. Bisa dibilang gitu,” jawab Melly bete. Gile, mood gue udah jelek
banget nih gara-gara Apri selalu jalan meninggalkan gue! Seru Melly dalam hati.
“Kenapa muka lo kusut banget, Kak? Biasanya kan orang kalau mau
pulang ke rumah mukanya seger,” komentar Dika. Yah, harusnya gitu tapi kalau
Apri cuek in gue sepanjang hari sih, sama aja bikin badmood! Keluh Melly.
“Mel! Jalannya yang cepet dong!” bentak Apri. Melly yang tersentak
kaget, langsung berlari mendekati Apri yang sudah berdiri lumayan jauh darinya.
Apri langsung menarik lengan Melly dan berjalan lagi seperti
biasa. Mereka berdua baru melewati lorong kelas dan akan segera sampai di
parkiran motor.
“Itu pacar lo?” tanya Apri datar. Melly bingung mendengar
kata-kata Apri.
“Pacar? Nggak salah tuh?” tanya Melly bingung. Kalau gitu, selama
ini dia menganggap gue siapa nya dia?
“Hem.. Iya kan? Dia emang cocok sama lo,” kata Apri lagi. Lho?
Kok?
“Gimana sih lo? Harusnya lo itu cemburu dong! Bukannya malah
dukung gue sama orang lain! Dasar bodoh!” seru Melly. Apri bingung.
“Ngapain gue cemburu? Emang gue siapa lo? Kita cuma temenan kan?
Nggak lebih?” tanya Apri mengkonfirmasi.
“Ih.. kita kan pacaran! Gimana sih!” seru Melly kesal. Apri kaget
pertamanya kemudian tertawa hebat.
“Hahaha, pacar dari mana? Lo itu tuh temen gue! Lo ini ya,
kelewatan banget mikirnya!” seru Apri menahan tawa. Melly bingung.
“Lho? Kan lo nembak gue waktu itu! Di deket taman belakang
sekolah! Lo lupa ya!?” tanya Melly nggak percaya.
“Ih? Apa an? Gue emang nembak lo tapi lo nggak pernah jawab tau!
Bikin gue bete tau nggak! Lo payah!” kata Apri. Melly mengingat-ingat. Oh iya,
waktu itu saking senangnya, gue minta izin buat lari ke luar komplek terus
teriak-teriak dan langsung pulang ke rumah! Aduh, kok bodoh sih!
“Oh iya... Hehe..” kata Melly menahan malu.
Apri menatap wajah Melly sekilas. “Terus sekarang kita apa?”
tanyanya.
Melly berpikir sebentar. “Hem... Apa ya?”
***
The-End.
0 comments