CERPEN LAGI! xD
Cerpen ini gue buat dengan bahasa yang agak sableng-_- Silahkan dibaca, guys!
Jomblo-ship
Rana
Auliani
“Thanks to my dear friends, my bestfriends and my
boyfriend..”
“WOOOOO!!!”
Seketika
kelas XI IPA 2, ramai dengan sorakan orang-orang yang bernafsu mendengar
kata-kata penutup pidato Reni. Banyak
yang berteriak gaduh, ada juga yang bersiap-siap melempar Reni dengan kepalan
kertas. Reni yang tampak
kesal, malah ikutan ribut dengan teman sekelasnya. Alhasil, Ms. Hesti, guru
Bahasa Inggris ‘harus
menjadi wasit’ untuk
melakukan gencatan senjata.
“Please,
keep silent students! I’ll give you punishment if all of you here don’t hear me!”
Seketika
kelas pun tenang. Reni yang tadinya sibuk membalas komentar teman-temannya,
langsung memerhatikan Ms. Hesti. Tumben banget Ms. Hesti marah, batinnya.
“Nah,
gitu dong.” Ms. Hesti tersenyum sekarang. Tiba-tiba Ms. Hesti merubah arah
kepalanya ke arah Reni. Reni tampak
bingung.
“Reni, I
know you really want to have a boyfriend,
but keep your imagination in your head and don’t share with us. Because, saya
kasihan melihat kamu tampak... memaksakan diri. Hehe..” kata Ms. Hesti sambil
tertawa kecil. Suasana kelas yang tadinya sepi langsung gaduh kembali tetapi
Reni hanya bisa menganga.
Saat istirahat,
“Lo hebat
tadi, Ren! Terus kata-kata Ms. Hesti nusuk banget, huahaha..” tawa Chelsea,
sahabat Reni yang paling ‘ganteng’ di kelas. Chelsea memang terkenal paling tomboy tapi
mantannya banyak. Apalagi
mantan kacung nya. Reni mendengus
mendengar komentar Chelsea.
“Hihihi,
iya, Ren. Gue speechless dengernya. Gue pengen bantuin elo, tapi mulut
gue nggak bisa berhenti
ketawa, hihihi..” timpal Mika, sahabat Reni yang paling imut, kayak anak kecil. Muka Reni tambah
kusut mendengar hinaan batin
yang bertubi-tubi itu.
“Udah
deh, lu berdua diem. Frustasi nih gue, kata-kata Ms. Hesti sensasional banget,
gue bener-bener nggak bisa lupain..”
“Jangan
gitu lah. Lo masih bisa berjuang kok. Tenang saja,” Prita menepuk bahu Reni dan
bergaya seperti orang bijak. Prita itu memang
banyak gaya tapi menurut Reni, ini yang paling ‘dalem’. Maksudnya Prita itu
berjuang apa coba? Berjuang nyari pacar? Apa tau banget..
“Huhu,
kasian yaa.. Aib nya Reni ketahuan deh.. haha,” Tiba-tiba geng cewek x-hunter
lewat. Pertamanya hanya Reni, Chelsea, Mika dan Prita yang memanggil mereka
dengan sebutan begitu tapi sekarang sudah menjadi rahasia
umum geng itu dipanggil x-hunter. Padahal nama geng itu sebenarnya ’70-7’ atau seventy-seven.
Anggota nya ada 7 orang kayak 7 icons, girlband
yang terkenal itu. Tapi justru
menurut Reni, muka anggota nya kayak spanduk es teler 77.
Reni mengubah arah kepalanya ke ‘7
ikan’ itu. Ada si Sachya, ketua geng x-hunter itu. Sachya tampak tersenyum simpul saat melihat Reni
memperhatikannya. Ih, sok iye
banget lu, batin Reni.
"Kenapa lo senyum ke gue?"
tanya Reni risih.
Sachya memutar bola matanya. "Hmm..
Gimana ya. Gue agak kasihan ngeliat lo tadi dipermalukan sama diri lo sendiri.
Jadi gue penasaran sama keadaan lo. Siapa tau lo langsung cepet-cepet nyari
pacar atau lo malah mau loncat dari lantai 2 gara-gara nggak dapet pacar,"
Geng x-hunter pun kompak tertawa bersama.
Reni mengangkat alis mata kirinya.
"Lho? Ngapain gue nyari pacar sekarang? Cewek terkenal kayak lo aja nggak punya pacar, kan?" tanya Reni
setelah ia menekankan kata 'nggak' yang barusan ia bilang. Sachya tampak kaget
tapi dia gagal menyembunyikan nya. Satu kelas pun terkejut mendengar pernyataan
Reni. Kata-kata Reni memang 'nembak' tepat ke sasaran.
Chelsea langsung tersenyum licik
melihatnya. "Gimana, Chya? Lo masih pengen bilang apa lagi?"
Reni langsung menoleh ke arah Chelsea,
Prita dan Mika. Prita tampak berpikir keras karena dia memang yang paling
pemikir di antara mereka berempat. Mika hanya mengangkat kedua jempolnya ke
Reni sambil menunjukkan gigi-giginya. Sedangkan Chelsea tetap memerhatikan
Sachya. Sachya yang salah tingkah akhirnya mengajak geng nya untuk keluar
kelas.
"Nah, ini dia pahlawan kita!"
seru salah satu teman sekelas Reni, Bahrain, saat x-hunter sudah menghilang
dari kelas. Dari namanya, kita bisa tahu bahwa orangtua nya udah kehabisan stok
nama dan akhirnya memakai salah satu nama negara.
"Pahlawan apa?"
Semua isi kelas langsung memperhatikan ke
arah pintu kelas. Tampaklah seorang cowok ganteng berdiri di depan pintu. Bisa
ditebak, satu kelas ini apalagi cewek-cewek nya terpana semua kecuali Chelsea.
Sementara Reni memperhatikan cowok itu. Gile, itu beneran orang yang berdiri di
depan pintu kelas gue? Lebih mirip malaikat tau nggak! Pangeran aja deh, kalau
malaikat kejauhan.
Tau nggak manusia apa yang lagi
diperhatikan Reni? Cowok itu tinggi, badannya atletis deh, cakep, terus... Keren! Mukanya juga tampang-tampang kalem dan
pinter. Satu kelas ini masih terpana melihat cowok itu tetapi lamunan mereka
disadarkan oleh teriakan Chelsea.
"Lo siapa? Ngapain disitu?"
tanya Chelsea dan seperti biasa, mukanya tipe-tipe 'ngajak ribut'. Cowok itu
yang tadinya sedang memperhatikan isi kelas Reni, langsung menengadah ke arah
Chelsea.
"Gue? Gue murid baru di kelas
ini," jawab cowok itu santai dan masuk ke dalam kelas.
Reni mengangkat alisnya lalu kepalanya
mendekati Mika yang masih terpana sama cowok itu. "Lho? Emang nggak
dikenalin dulu sama Pak Yaya?" tanya Reni sambil berbisik. Pak Yaya itu
wali kelas nya Reni. Rupanya cowok itu mendengar kata-kata Reni karena ia
sedang berdiri di dekat Reni.
“Menurut LO?!” tanya cowok itu garang. Reni
terkejut. Buset! Serem amat ini cowok?! Apa jangan-jangan dia baru keluar dari
Nusa Kambangan? Pikirnya.
Mika yang tadinya ditanya Reni, juga
ikutan speechless. Cowok itu hendak
berjalan ke arah tempat duduk yang tersisa, paling pojok kanan kelas. Kursi
yang ‘sendirian’ itu merupakan kursi angker warisan dari nenek moyang sekolah
ini. Konon katanya, kalau duduk disitu akan kena kutukan jadi ‘jomblo forever’ deh! Bahkan bisa single seumur hidup sampai ke cucu
cicitnya! Nah, masalah nya kalau beneran sampai ke cucu cicit, tandanya orang
yang dikutuk itu pasti nikah dong?
“Eh! Tunggu! Jangan duduk dulu!” seru Reni
mengingatkan cowok asing itu. Sayangnya cowok itu udah keburu duduk di kursi
‘laknat’ itu.
“Maksud lo? Kenapa sih?” tanya cowok itu
bingung. Tiba-tiba gemuruh berbunyi hebat, cuaca mendadak mendung, padahal
sebetulnya enggak terjadi apa-apa sih.
Reni berpikir sebentar. “E... nama lo
siapa? Kenalin, gue Reni,” kata Reni sambil tersenyum lebar dan memajukan
tangan kanannya ke cowok itu. Gubrak!
***
Reni menulis sesuatu di buku nya. Lekukan
coretan Reni tidak berhenti di buku kecilnya ini, ia juga ingin mencoret baju
adiknya tapi adiknya menoleh ke arah Reni.
“Ngapain LO?” tanya Eza, adik Reni yang baru
berusia 8 tahun. Lihat kan? Betapa mengerikannya generasi muda saat ini. Eza memang
nggak punya sopan santun sama kakaknya karena.... emang kakaknya yang
mengajarkan dia begitu.
“Baju lo kucel banget sih. Sini, biar gue
bikin tambah kucel,” jawab Reni sambil mendekati spidol biru nya ke kaus oblong
nya Eza. Eza bergidik ngeri.
“Eh, Kak. Kalau lo berani nyoret baju
gue, gue doa’in lo punya pacar sejelek kaus gue! Awas lu!” ancam Eza sambil
menunjuk ke kaus nya. Reni terkejut.
“Bisa ngancem juga lu?” tanya Reni kaget.
Eza beranjak bangun dari lantai lalu memandang kakaknya dengan tatapan nyeleneh.
“Asal kan lo tau ya. Ini kaus dari pacar
gue! Lo enggak boleh sentuh, pegang, apalagi pakai kaus gue! Beware!” kata Eza memperingatkan. Reni
lebih terkejut lagi mendengarnya. Astaga! Adik gue udah punya pacar?! Gue aja
belom! Gile, kayaknya gue emang kena santet jomblongenes deh, pikirnya.
***
Esoknya di kelas, Reni menceritakan
adiknya yang udah ‘mendahului’ dia kepada Mika, Chelsea, dan Prita.
“Hah? Adek lo hebat tuh! Two thumbs up!” puji Mika sambil
tersenyum lebar dan mengacungkan kedua jempolnya. Saking lebar nya, laler aja
bisa masuk ke mulut Mika tuh.
“Bener, gue salut sama adek lo. Nah, lo
kapan nyusul?” Pertanyaan Chelsea ini memang sudah ditakdirkan untuk menembak
kepala Reni. Reni menggelengkan kepalanya mendengar komentar kawannya itu.
“Gue hanya mencari di waktu yang tepat
coy. Kalo gue ketemu nya sekarang.. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa..”
jawab Reni sok bijak.
“Masalahnya lagi, kapan waktu yang tepat
itu?” tanya Prita menyelidik Reni. Reni speechless,
bingung jawabnya.
“Di saat lo yakin udah ketemu orang yang
tepat..”
Mika, Reni, Chelsea, dan Prita segera
menoleh ke seseorang yang berdiri di sebelah meja mereka. Nampak, Naufal, si
tampan yang kemaren ngajak ribut Reni. Ya, Naufal itu anak baru yang kemarin
baru masuk ke kelas mereka.
“Lo yang punya prinsip tapi nggak punya
penjelasan dari prinsip lo sendiri. Itu sebabnya kenapa lo sering dibilang
jomblongenes, udah nggak laku tapi banyak ngomong,” komentar Naufal sambil
berjalan ke meja favoritnya, meja ‘kutukan’ kelas ini. Dulu meja itu sendirian
di kelas tapi semenjak kedatangan Naufal, banyak cewek-cewek yang rebutan duduk
di sebelah Naufal. Memang, cewek itu adalah makhluk ter-galau yang diciptakan
oleh Tuhan.
“Ren....” kata Prita sambil menepuk bahu
Reni. Reni hanya mengelus dada. Sabar ya, Reni. Manusia semprul itu nggak perlu
diperhatikan, pikirnya sambil menghela nafas panjang. Chelsea yang melihat
sahabatnya terhina seperti itu mulai naik darah. Sedangkan Mika berusaha keras
untuk menenangkan Chelsea. Mereka berempat memang terlihat random saat ini.
“Naufaaall!!” panggil Sachya yang
tiba-tiba muncul di sebelah Naufal. Naufal kaget dan jadi salah tingkah
sedangkan Sachya masih mengerlingkan matanya ke arah Naufal.
“Kayaknya gue harus move into this class deh!” kata Sachya centil. Astaga! Apa-apa an
ini! Meskipun gue enggak demen sama Naufal tapi kalau mengganggu kelas kayak
gini, tidak bisa gue diamkan! Seru Reni dalam hati.
“Heh, mak lampir! Ngapain lu di situ!!”
seru Reni sambil menunjuk Sachya. Sachya yang tadinya sibuk membersihkan mata (read: kedip-kedip) ke arah Naufal,
langsung menoleh bete ke arah Reni.
“So
what? Lo juga siapa yah, cecurut? This
isn’t your business!” jawab Sachya nyebelin. Heh? Sejak kapan ini mak
lampir sok pakai Bahasa Inggris?!
“Tapi kayaknya segala sesuatu yang
mengganggu kenyamanan kelas gue emang harus diusir deh,” Tropica, lelaki yang
memegang amanah sebagai ketua kelas ini, sudah menyiapkan penggaris panjang di tangannya.
Sachya yang kaget melihat ‘ketua kelas tergalak’ langsung ber-peace ria ke arah Tropica dan mengambil
seribu langkah kilat untuk lari dari kelas Reni. Reni tersenyum bangga ke arah
Tropica.
“Gile, tambah ganteng aja lu habis
mengusir Sachya,” puji Reni ke Tropica. Tropica hanya tersenyum tipis dan
menoleh ke Reni.
“Yah.. Sebagai ketua kelas, gue nggak
tega melihat lo ditindas seperti itu,” kata Tropica manis sambil tersenyum. Bagus
deh, ada juga anak kelas ini yang otaknya enggak miring kayak yang lain, batin
Reni.
“Tapi karena lo juga sempat memicu
keributan, gue hukum lo untuk duduk di sebelah meja laknat ini! Siapa tau meja
ini ada radiasi jomblo untuk sekitarnya, HAHAHA..” tawa setan Tropica menggema
ke seisi ruangan. Reni memasang muka datar. Ternyata ketua kelasnya lebih
sableng dari pada anggota nya.
***
Reni mengetuk-ngetuk pulpen nya
berkali-kali. Ia sering begini ketika enggak ada teman ngobrol atau lagi bosan.
Makanya, ini suatu kepantasan mengapa semua pulpen nya enggak ada yang awet, bocor
semua.
Tiba-tiba ada kepalan kertas yang
menggelinding ke arah buku paket Fisika Reni. Saat ini memang lagi pelajaran Fisika
yang.... kapan sih Fisika enggak membosankan?
Reni membuka kepalan itu dan membaca
isinya.
Main
binggo yuk. 5x5 aja. –Lelaki manis dari gua hantu.
Reni memasang muka datar. Yap, dari siapa
lagi kertas ini selain dari Naufal? Karena dia dihukum harus duduk di sebelah
Naufal, mereka jadi lebih sering berinteraksi. Seperti saling sikut, saling
pinjam tip-ex, pinjam buku paket, kadang-kadang pinjam waktu untuk mengobrol
darurat seperti:
N: “Maap.”
R: “Iya.”
N: “Maap lagi,”
R: “Iya!”
N: “Maap banget ya..”
R: “IYA!”
N: “Sori banget, plis gue enggak
sengaja..”
R: “IYA, WOY! GUE UDAH DENGER!!”
Reni menulis balasan di kertas yang sudah
remuk itu.
Gue enggak ahli main binggo. Main yang
lain aja deh. –Perawan manis dari negeri babatan.
Dengan segera, ia menggelindingkan kertas
yang sebetulnya udah enggak bisa dibilang kertas lagi karena bentuknya sudah
hampir collapse. Naufal mengambil kertas itu dan membuka nya. Sempat,
Reni melihat bahu Naufal naik turun, seperti menahan tawanya.
Naufal membalas surat itu sambil
tersenyum lalu meremukkannya dan menggelindingkan lagi ke arah Reni. Reni dengan
cepat mengambil, membaca, lalu diam saja. Mau tau balasan Naufal? Seperti ini
kira-kira..
Mau
dong main jadi kekasih lo. Hehehe. –Pujangga wanita.
Reni meremukkan kertas itu kembali lalu
membuangnya ke dalam laci meja. Dia segera menoleh ke arah Naufal dan memasang
muka datar.
“IYUH!” kata Reni. Naufal hanya terkikik
sendirian melihat tingkah Reni. Naufal bersender ke kursinya sambil stretching dadakan di kelas. Reni tambah
risih duduk di sebelah Naufal. Aduh, punya tangan kok panjang banget sih?
keluhnya.
“Lo enggak ngantuk ya?” tanya Naufal
sambil berbisik ke Reni. Reni hanya berpura-pura menulis sesuatu di buku
tulisnya. Naufal yang merasa dikacangin, melirik ke arah buku tulis Reni.
“Apaan tuh? I love Naufal so much?” tanya Naufal sambil menerka-nerka coretan
yang dibuat Reni. Reni spontan menoleh ke arah Naufal, memasang muka panik.
“Enggak banget! Plis deh!!” seru Reni
berteriak bahkan guru Fisika, Pak Dodo yang sedang menunggu kedatangan pertanyaan
dari murid-murid, kaget mendengar suara Reni.
“Apa yang ‘enggak banget’, Reni?” tanya
Pak Dodo menyeringai. Reni yang tadinya sibuk sama Naufal, terkejut melihat Pak
Dodo yang terlihat penasaran.
Reni memikirkan jawaban terbaiknya. “E...
enggak banget kalau kita bertanya. Kan Bapak Widodo yang menjelaskan, dengan
melihat bapak saja saya langsung mengerti! Heheheh,”
Pak Dodo memegang ujung dagunya sambil
berpikir. “Yah.. Tentu saja itu. Baiklah, kerjakan latihan halaman 97!”
serunya. Reni menghembuskan nafas lega. Naufal hanya melirik ke arah Reni, entah
apa yang dipikirkannya.
“Lo pernah pacaran, Fal?” tanya Reni
tiba-tiba. Naufal yang sedang sibuk membuka buku paket, langsung melihat ke
arah Reni.
“Oh, pernah putus sih..” jawab Naufal. Reni
memukul bahu Naufal dengan tempat pensil.
“Sama aja, gembel.” kata Reni. Naufal hanya
mengangkat kedua bahunya.
“Terus, kok lo putus sama dia? Kenapa emang?”
tanya Reni lagi. Naufal menghembuskan nafasnya.
“Dia enggak mau LDR,” jawab Naufal. “Pinjem
pulpen dong,” kata Naufal lagi. Reni membuka tempat pensilnya lalu mengambil
sebuah pulpen biru.
“Terus mantan lo cantik, nggak? Kayak Luna
Maya atau kayak Jupe?” tanya Reni lagi. Naufal melirik ke arah Reni dengan muka
datar.
“Kapan lo mau ngerjain latihannya?” tanya
Naufal balik sambil mengambil pulpen dari genggaman Reni. Reni hanya tertunduk
lesu sambil membuka bukunya.
“Kayak lo,”
Reni spontan menoleh ke arah Naufal. “Hah?”
“Kayak lo. Mirip banget sama lo,” jawab
Naufal tanpa memandang ke arah Reni. Reni tidak percaya pada awalnya namun dia
hanya bisa menelan ludah. Oke, gue harus jaga jarak nih sama Naufal, pikirnya.
“Terus lo? Lo pernah pacaran?” tanya
Naufal sambil menulis sesuatu di buku tulisnya. Reni memandang Naufal sejenak,
lalu mengalihkannya ketika Naufal sudah menoleh ke arahnya.
“Kayaknya itu pertanyaan retoris deh..”
jawab Reni. Naufal berpikir sebentar.
“Oh.. Belom ya. Iya juga ya, lo kan
jomblongenes..” kata Naufal melanjutkan. Reni menepuk bahu Naufal.
“Jawabannya iya, gembel!” seru Reni. Naufal
hanya meringis.
“Yee... kalau kayak begitu ya namanya
bukan retoris!” seru Naufal.
“Maksud gue kenapa retoris, karena gue
pernah pacaran tapi putus akhirnya. Lo bisa lihat gue sekarang kan? Jabatan sebagai
jomblongenes di kelas udah gue pegang. Jadi gue enggak pengen orang lain yang
merasakan jabatan ini karena pasti tersiksa lahir batin. Biar mereka merasakan
kesenangan sesaat yang dinamakan pacaran itu. Biar mereka merasakan indahnya
masa muda. Pekerjaan yang mulia kan?” tanya Reni sambil tertawa kecil. Naufal hanya
memasang muka datar.
“Mulia dari mana?” komentar Naufal lalu berpikir
sebentar. “Jadi lo enggak mau pacaran dulu?” tanyanya. Reni menggeleng mantap. Naufal
menghembuskan nafasnya.
“Ya.. sama kalau gitu,” kata Naufal. Reni
hanya memandangi Naufal.
Semenjak hari itu, Naufal dan Reni dekat.
Tidak sedekat letak alfamart dan indomaret, tapi tidak sejauh bumi dan bulan. Mereka
mempunyai hubungan khusus yang mereka tidak sadari. Hubungan antara jomblo-wan
dan jomblo-wati. Mungkin bisa dikatakan sebagai Jomblo-ship.
***
The-End
0 comments